Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘Kesehatan Reproduksi Remaja’ Category

Data dari studi yang didasarkan pada penduduk mendukung teori bahwa vitamin D mungkin mengurangi resiko serangan kanker pyudara, dan menyarankan bahwa pemberian vitamin D relatif pada usia muda mungkin sangat penting.

Dr Julia A Knight dari Mount Sinai Hospital, Toronto, melaporkan temuan timnya di Washington, Selasa, pada pertemuan tahunan Perhimpunan Peneliti Kanker Amerika.

“Kami menemukan bukti bahwa banyak faktor berkaitan dengan pemberian vitamin D –termasuk dari sinar matahari dan sumber makanan (minyak ikan cod, susu yang diperkuat, beberapa jenis ikan)–memiliki hubungan dengan berkurangnya resiko kanker payudara. Khususnya, kami melihat ini dalam pemberian (vitamin D) selama masa remaja,” kata Knight.

Temuan tersebut didasarkan atas studi yang membandingkan 576 perempuan, dalam usia 20 sampai 59 tahun, dan didiagnosis terserang kanker payudara dan 1.135 perempuan “yang sehat terkendali” dengan usia yang sama.

Ada bukti mengenai pengurangan besar resiko kanker payudara, seperti orang yang bekerja di luar rumah dan jumlah kegiatan di luar rumah pada usia 10 sampai 19 tahun dan 20 sampai 29 tahun.

Konsumsi minyak ikan cod selama 10 tahun atau lebih juga berhubungan dengan pengurangan resiko kanker payudara, demikian juga halnya dengan konsumsi lebih dari sembilan gelas susu per perkan dibandingkan dengan perempuan yang mengkonsumsi kurang dari lima gelas pada usia 20 sampai 29 tahun.

Knight menyimpulkan, “Bukti bertambah bahwa vitamin D mungkin mengurangi resiko kanker payudara, dan apa yang kami lihat sejalan dengan pendapat bahwa apa yang terjadi pada perkembangan kanker payudara pada masa remaja mungkin mempengaruhi resiko kanker payudara pada masa depan.”

Sumber: Media Indonesia Online. Rabu, 05 April 2006

Read Full Post »

Wanita yang saat remaja diketahui menjadi penghisap rokok dikemudian hari akan mengalami resiko yang tinggi terkena kanker payudara. Menurut Dr Janet E Olson dari Mayo Clinic College of Medicine di Rochester Minnesota (AS) mengatakan bahwa resiko kanker payudara dimulai saat sang remaja wanita memutuskan untuk merokok atau tidak.

Penelitian yang dilakukan oleh Dr Olson juga menunjukan bahwa para wanita yang mulai merokok sebelum mengalami kehamilan pertama akan memiliki resiko terkena kanker payudara setelah masa menopause.

Sementara bagi wanita yang mengawali kebiasaan merokok setelah melahirkan anak pertama tidak memiliki kecendrungan terkena kanker payudara bila dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah merokok.

“Hasil penelitian kami menunjukan bahwa kanker payudara bisa dicegah saat wanita memasuki masa remaja,’ jelas Dr. Janet E. Olson.

Dr Olson juga mencataan bahwa target untuk menanggulangi terjadinya kanker payudara pada waniat bisa dicegah saat masih remaja.

Riset juga memberikan hasil yang konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menyebut menunda kehamilan akan menaikan resio terkena kanker payudara.

Alasan utama dari konsistensi ini sangat erat kaitanya dengan perkembangan payudara selama kehamilan dan persalinan dimana biasanya wanita memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi mereka.

“Jika wanita menunda kehamilan maka resiko itu akan semakin besar dan bisa lebih merusak jika dikombinasikan dengan kebiasaan mereak merokok,’ tandas Dr Olson.

Penelitian sebelumnya menyebut bahwa kebiasan merokok akan membuat seorang wanita memiliki resiko terkena kanker payudara setelah masa `postmenopausal`.

Meski untuk yang satu ini masih diperdebatkan karena penelitian lain menyebut tidak ada hubunganya antara merokok dengan resiko kanker payudara.

Dr Olson dan tim melakukan penyelidikan atas data dari `the Iowa Women’s Health Study` dengan kisaran wanita berusia 55 hingga 69 tahun pada tahun 1986 dan kemudian diikuti sampai 1999.

Secara keseluruhan 37,105 wanita diidentifikasi berisiko kanker payudara termasuk 7,095 wanita yang mulai merokok sebelm mereka mengalami kehamilan pertama.

Sementara 4.186 diantaranya merokok setelah kehamilan pertama.

Total dari 2,017 wanita diketahui terkena kanker payudara pada masa studi dilakukan.

Seorang wanita yang mengawali kegiatan merokok sebelum melahirkan pertama akan berisiko 21 persen terkena kanker payudara bila dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah merokok.

Hasil penelitian Dr Olson dipublikasikan melalui `the journal, Mayo Clinic Proceedings`.

Dr Olson memberikan penekanan bahwa hasil penelitian mereka tidak memberikan pengertian bahwa para wanita yang mulai merokok setelah melahirkan pertama akan masuk dalam kategori sehat.

Karena menurut Dr Olson, merokok bisa menyebabkan banyak masalah pada kesehatan dan sebaiknya dihindari.

sumber: JAKNEWS.COM— Jumat,16/12/2005

Read Full Post »

*MASA pancaroba bagi remaja disebut-sebut sebagai periode yang susah-susah gampang bagi orangtua untuk menanganinya. Kebanyakan orangtua mengakui bahwa memberi bekal untuk remaja putri agar mereka mampu menghadapi berbagai gejolak kehidupan sebenarnya tidaklah mudah.

Meski orangtua sudah bersusah payah menyediakan berbagai fasilitas, termasuk pendidikan yang terbaik untuk anak putri mereka, namun toh orangtua takkan sanggup menghindari godaan dunia yang semakin menghadang kehidupan remaja global sekarang ini.

Perkembangan teknologi komunikasi yang menyebar berbagai informasi dan hiburan budaya pop, kini semakin deras dan takkan mungkin bisa dibendung hanya dengan mengurng anak di rumah atau dengan menyediakan berbagai fasilitas canggih di rumah.

Sesuai dengan perkembangannya, anak-anak putri masa kini tak mungkin dipingit seperti cerita novel Siti Nurbaya, karena kehidupan menuntut mereka untuk tampil lebih luwes dan lebih bergaul dengan dunia luar. Dengan demikian, berbagai acara darmawisata, diskotik, nonton, ikut klub olahraga, sudah menjadi bagian acara rutin remaja.

Hampir semua remaja di belahan dunia mana pun sekarang ini berada dalam situasi yang penuh godaan dengan semakin banyaknya hiburan di media yang menyesatkan.

Dengan informasi yang terbatas dan perkembangan emosi yang masih labil, mereka sudah dihadapkan pada berbagai godaan seperti film-film Barat yang menawarkan nilai-nilai sangat bertentangan dengan nilai-nilai budaya Timur.

Itu sebabnya, seorang kepala SMU favorit di Jakarta sangat terperanjat ketika mengetahui ada siswi yang terlibat dalam ‘transaksi seks’ hanya karena dorongan seks semata bukan uang atau kebutuhan materi lainnya.

Namun yang jelas dari berbagai data empiris yang ada, sebenarnya anak-anak remaja putri itu sangat membutuhkan pendidikan seks yang benar. Diakui, sebagian besar masyarakat memang masih meragukan manfaat pendidikan seks itu bagi remaja putri, namun dengan melihat semakin membangkaknya jumlah remaja yang hamil di berbagai belahan dunia, maka pandangan yang masih ragu-ragu itu agaknya perlu segera menyadarinya.

Kehamilan tak diharapkan:

Data terakhir, sekitar 60 persen kelahiran anak di kalangan remaja di dunia adalah kehamilan yang tak diharapkan. Satu di antara remaja usia 19 tahun tidak mempunyai akses untuk mendapat kontrasepsi.

Lebih dari dua pertiga wanita di negara berkembang mendapat pendidikan kurang dari sembilan tahun, demikian laporan Alan Guttmacher Institute, suatu lembaga penelitian kesehatan nonprofit.

“Kehidupan anak-anak muda ini sungguh mengenaskan,” ujar Jeannie Rosoff, presiden lembaga tersebut.

“Sebagian remaja outri itu terpaksa drop out, karena harus segera menikah, dan sebagian lagi mengalamai eksploitasi seks. Namun banyak diantaranya yang tidak ingin menyerah pada nasib, dan berusaha untuk bangkit mengatasi hidupnya,” tambahnya.

Ia menyatakan temuannya itu sebagai hasil perbandingan statistik dari 53 negara di seluruh dunia dengan jumlah penduduk sekitar 75 persen dari seluruh penduduk dunia.

Ditemukan, bahwa remaja putri di negara berkembang yang terpaksa keluar dari sekolah, sudah melakukan hubungan seks di bawah usia 20 tahun, menikah muda dan tidak pernah menggunaakan kontrasepsi.

Oleh sebab itu, menurut para akhli, hanya dengan pendidikanlah untuk dapat menyelamatkan remaja putri di seluruh dunia. “Terbukti, anak-anak yang menikah muda ternyata menurun tajam di negara-negara yang dengan serius memperhatikan pendidikan dengan menyediakan akses cukup untuk mendapat pendidikan, sosial, kesehatan,” demikian dilaporkan lembaga itu.

“Masih di negara berkembang, banyak wanita sudah mempunyai anak pertama pada usia di bawah 18 tahun, sementara wanita-wanita di desa-desa dengan pendidikan tidak menyukai kontrasepsi, dan hampir semuanya terpaksa melahirkan dan menemui risiko kehamilan yang cukup gawat,” demikian laporan itu.

Namun masalah ini sebenarnya bukan urusan negara berkembang saja. Di Amerika Serikat, tujuh di antara 10 remaja yang melahirkan adalah kelahiran yang tak diinginkan.

Jika mereka mampu menunda beberapa tahun saja untuk punya anak atau keluarga, mungkin jumlah anak akan lebih sedikit dan dapat menghindari resiko kehamilan muda, bahkan mungkin mampu menjadi anggota masyarakat yang lebiuh produktif.

Bekal iman, pendidikan, pergaulan yang sehat, serta hubungan yang mesra antara orangtua dengan anak serta keterbukaan dalam ekeluarga merupakan bekal yang amat berharga bagi remaja putri agar mereka dapat meniti kehidupan dengan selamat. (anspek/O-1)

sumber:Media Indonesia Online, 23 November 2003

Read Full Post »